Sunday, May 16, 2010

KOLOSTOMI


PENDAHULUAN

Operasi kolostomi dilakukan untuk berbagai penyakit dan kondisi. Beberapa
kolostomi dilakukan karena keganasan (kanker). Pada anak-anak, yang mungkin
diciptakan dengan keadaan cacat semenjak lahir. kolostomi dapat bersifat sementara ataupun permanen. Beberapa kolostomi ada yang besar dan ada yang kecil. Beberapa berada di sisi perut sebelah kiri dan beberapa berada di perut sebelah kanan, dan ada juga beberapa di tengah-tengah. Kolostomi merupakan kolokutaneostomi yang disebut juga anus preternaturalis yang dibuat untuk sementara atau menetap. Kolostomi sementara dibuat misalnya pada penderita gawat perut dengan peritonitis yang telah dilakukan reseksi sebagian kolon. Pada keadaan demikian, membebani, anatomosis baru dengan pasase feces merupakan tindakan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu untuk pengamanan anstomosis, aliran feces dialihkan untuk sementara melalui kolostomi dua stoma yang biasanya disebut stoma laras ganda.1,2
Kolostomi tetap yang dibuat pada reseksi rektoanal abdominoperianal menurut Quenu-Miles berupa anus preternaturalis benar. Esofagostomi, gastrostomi, yeyunostomi, dan sekostomi biasanya merupakan stoma sementara. Ileostomi dan kolostomi sering berupa stoma tetap. Kolostomi dapat berupa stoma kait (loop kolostoma) atau stoma ujung (end kolostoma). Pada kolostoma sigmoid biasanya pola defekasi sama dengan semula. Banyak penderita mengadakan pembilasan sekali sehari, sehingga mereka tidak terganggu oleh pengeluaran feces dari stomanya. Kolostoma pada kolon tranversum mengeluarkan isi usus beberapa kali sehari karena isi kolon tranversum tidak padat, sehingga lebih sulit diatur.2

ANATOMI DAN FISIOLOGI KOLON
Embriologi Dan Anatomi
Secara embriologik, kolon kanan berasal dari usus tengah, sedangkan kolon kiri sampai dengan rektum berasal dari usus belakang.Lapisan otot longitudenal kolon membentuk tiga buah pita, yang disebut tenia, yang lebih pendek dari kolon itu sendiri sehingga kolon berlipat-lipat dan berbentuk seperti sakulus yang disebut haustra. Kolon tranversum dan kolon sigmoideum terletak intraperitoneal dan dilengkapi dengan mesenterium.2

Dalam perkembangan embriologik kadang terjadi gangguan rotasi usus embrional sehingga kolon kanan dan sekum mempunyai mesenterium yang lengkap. Keadaan ini memudahkan terjadinya putaran atau volvulus sebagian besar usus yang sama halnya dapat terjadi dengan mesenterium yang panjang pada kolon sigmoid dengan radiksnya yang sempit. 2
Batas antara kolon dan rektum tampak jelas karena pada rektum ketiga tenia tidak tampak lagi. Batas ini terletak dibawah ketinggian promontorium, kira-kira 15 cm dari anus. Pertemuan ketiga tenia didaerah sekum menunjukkan pangkal apendiks bila apendiks tidak jelas karena perlengketan.Sekum, kolon asendens, dan bagian kanan kolon transversum didarahi oelh cabang a.mesenterika superior yaitu a.ileokolika, a.kiloka dekstra, dan a.kolika media. Kolon tranversum bagian kiri, kolon desendens, kolon sigmoid dan a.hemoroidalis superior.2
Pembuluh vena kolon berjalan paralel dengan arterinya. Aliran darah vena disalurkan melalui v.mesenterika superior untuk kolon asendens dan kolon transversum dan melalui v.mesenterika inferior untuk kolon desendens, sigmoid, dan rektum. Keduanya bermuara kedalam v.porta tetapi v.mesenterika inferior melalui v.lienalis. alran vena dari kanalis analis menuju ke v.kava inferior. Karena itu anak sebar yang berasal dari keganasan rektum dan anus dapat ditemukan diparu, sedangkan yang berasal dari kolon ditemukan di hati. Pada batas rektum dan anus terdapat banyak kolateral arteri dan vena melalui peredaran hemoroidal antara sistem pembuluh saluran cerna dan sistem arteri dan vena iliaka.2
Aliran limfe kolon sejalan dengan aliran darahnya. Hal ini penting diketahui sehubungan dengan penyebaran keganasan dan kepentingannya dalam reseksi keganasan kolon. Sumber aliran limf terdapat pada muskularis mikosa. Jadi selama suatu keganasan kolon belum mencapai lapisan muskularis mukosa kemungkinan besar belum ada metastasis. Metastasis dari kolon sigmoid ditemukan dikelenjar regional mesenterium dan retroperitoneal pada a.kolika sinistra, sedangkan dari anus ditemukan kelenjar regional diregio inguinalis.2
Kolon dipersarafi oleh serabut simpatis yang berasal dari n.splanknikus dan pleksus presakralis serta serabut parasimpatis yang berasal dari n.vagus.Karena distribusi persarafan usus tengah dan usus belakang, nyeri alih pada kedua bagian kolon kiri dan kanan berbeda. Lesi pada kolon bagian kanan yang berasal dari usus tengah terasa mula-mula pada epigastrium atau diatas perut. Nyeri pada apendisitis akut mula-mula terasa pada epigastrium, kemudian berpindah ke perut kanan bawah. Nyeri dari lesi pada kolon desendens atau sigmoid yang berasal dari usus belakang terasa mula-mula dihipogastrium atau dibawah pusat dan nyeri perut.2
feses Memasuki rektum (2) dari kolon (1). Ada dua otot utama yang harus dilalui oleh feses untuk bisa keluar dari tubuh, yaitu muskulus sfingter internal dan muskulus sfingter eksternal (4). Muskulus sfingter internal yang bersifat involuntary. Secara otomatis akan terbuka diatas saluran anus untuk memungkinkan feses melewatinya..muskulus sfingter Eksternal yang bersifat voluntary artinya kita dapat mengontrol otot tersebut.Hal ini membantu dalam menjaga feses di rektum sampai kita siap untuk mengeluarkanya. Muskulus sfingter eksternal mendorong feses keluar dari lubang anus (5) dan rektum rileks. Dorongan tersebut akan menghilang sampai ada gerakan usus berikutnya3


Fisiologi kolon
Fungsi usus besar ialah menyerap air, vitamin, dan elektrolit, ekskresi mukus, serta menyimpan feses, dan kemudian mendorongnya keluar. Dari 700-1000 ml cairan usus halus yang diterima oleh kolon. 150-200 ml sehari dikeluarkan sebagai feses.2
Udara ditelan sewaktu makan, minum, atau menelan ludah. Oksigen dan karbondioksida didalamnya diserap diusus sedangkan nitrogen bersama dengan gas hasil pencernaan dan peragian dikeluarkan sebagai flatus. Jumlah gas didalam usus mencapai 500 ml sehari. Pada infeksi usus produksi gas meningkat dan bila mendapat obstruksi usus gas tertimbun dijalan cerna yang menimbulkan flatulensi.2

MENGAPA KOLOSTOMI HARUS DILAKUKAN
Indikasi kolostomi ialah dekompresi usus pada obstruksi, stoma sementara untuk bedah reseksi usus pada radang, atau perforasi, dan sebagai anus setelah reseksi usus distal untuk melindungi anastomosis distal. Seperti halnya jenis operasi besar lainnya kolostomi bukanlah suatu hal yang mudah dan dokter hanya akan merekomendasikannya bilamana kolostomi tersebut sangat diperlukan. 2,4

Permanen kolostomi
Ada banyak alasan mengapa operasi mungkin harus dilakukan dan dibuat kolostomi permanen. Ini termasuk obstruksi atau pertumbuhan di usus besar atau rektum, luka karena kecelakaan, dan kadang-kadang kasus berat inflammatory bowel disease seperti Crohn penyakit.4
Colostomy sementara
Kolostomi juga dapat dibuat hanya sementara waktu saja, untuk memungkinkan bagian dari usus untuk beristirahat dan menyembuhkan. kolostomi sementara dibuat jika didapatkan kondisi adanya luka karena kecelakaan,atau sebagai bagian dari pengobatan untuk penyakit divertikular parah, di mana sebagian kecil tinja terjebak dalam usus dan menyebabkan peradangan, nyeri dan pendarahan, atau karena alasan lain di mana usus harus dilewati untuk sementara waktu. 4

JENIS JENIS KOLOSTOMI
Kolostomy dapat bersifat sementara atau permanen, dan dapat berada di mana pun pada
usus tergantung penyebab operasi. Jenis kolostomi berdasarkan dengan lokasi stoma yaitu ascending, transversum descending atau sigmoid1

Kolostomi ascendens
kolostomi asenden terletak di perut sebelah kanan. Yang dikeluarkan pada kolostomi jenis ini sangat cair. Sebuah kantong yang dapat mengalirkan cairan dipakai untuk kolostomi jenis ini.
jenis stoma ini jarang digunakan sejak ileostomy terbukti lebih baik digunakan bilamana pengeluarannya berlendir atau cair. Perawatan kolostomi asendens sama dengan perawatan pada kolostomi transversal1

Kolostomi transversum
kolostomi transversum dilakukan diperut bagian atas, baik yang berada di tengah maupun yang terletak kesisi kanan tubuh. Kolon transversum di isolasi dan omentum majus di lepaskan sejauh10-15 cm dari vasa kolika media kanan. Biasanya lapisan posterior omentum majus hanya sedikit saja yang melekat pada kolon dan biasanya dapat diangkat dengan diseksi gunting dan kasa tanpa perlu mengikat vasa darah. Kemudian omentum dikembalikan ke dalam perut. Dipilih daerah avaskuler pada mesokolon dekat dengan dinding kolon dan melalui ini dimasukkan kateter karet. Kemudian pada kuadran kanan atas abdomen, di atas kolon transversum, dibuat insisi pendek melintang pada kulit dan lapisan-lapisan fasia, otot-otot dipisahkan, lapisan-lapisan fasia posterior dibuka dan masuk kedalam rongga peritoneum yang harus dapat menampung tiga jari. Kateter karet disekitar kolon dengan hati-hati dimasukkan melalui lubang baru ini dan diorientasikan sehingga usus dapat dikeluarkan melalui dinding perut tanpa terpuntir. Setiap kelebihan kolon harus dikembalikan kedalam perut dan kemudian satu segmen kateter dijahitkan ke kulit, dengan demikian ia akan bekerja sebagai jembatan untuk kolostomi. Luka laparatomi ditutup, setelah pengurasan peritoneum dan penempatan gastrostomi. Segera setelah dinding perut ditutup kolon transversum dibuka tegak lurustenia koli anterior. Usus dilipat kembali dan dijahit dengan benang 3/0 yang dapat diabsorbsi yang diletakkan pada lapisan-lapisanmuskulo-submukosa dan dermal dan tidak menembus kulit atau permukaan mukosa. Pada akhir prosedur ini dibuat kantong kolostomi.5
Terdapat dua jenis kolostomi transversal yaitu loop kolostomi transversum dan
double-barrel kolostomi transversum

Loop kolostomi
seluruh usus dibawa ke permukaan kulit dan dibuka untuk membuat bagian distal, atau ujung kolon yang tidak difungsikan lagi. Sisi distal juga disebut fistula lendir karena menghasilkan sekresi lendir yang normal.bagian proksimal atau ujung kolon yang berfungsi mengeluarkan kotoran. Pasien dengan rectum yang masih utuh dapat mengalami perjalanan lendir melalui rektumnya. 1


Double-barrel kolostomi
Mirip dengan loop kolostomi, kecuali usus besar dibagi menjadi dua stoma proksimal dan sebuah stoma distal. Fungsi stoma distal sebagai fistula lendir. dan stoma proksimal berfungsuimengeluarkan kotoran. stoma Double-barrel sekarang mungkin menjadi tantangan dalam penanganannya karena kedekatan stoma satu sama lain1


Prosedur Hartmann: end colostomy and rectal stump

prosedur Hartmann adalah teknik yang relatif aman, terutama untuk ahli bedah yang kurang berpengalaman, dan risikonya secara keseluruhan lebih sedikit dibanding anastomosis primer. itu digunakan setelah reseksi darurat lesi rectosigmoid dimana anastomosis primer tidak disarankan karena obstruksi, peradangan atau kontaminasi feses. Hal ini mungkin menjadi pilihan pengobatan untuk pasien dengan keadaan yang lemah. Pada operasi Hartmann, lesi direseksi, usus proksimal dibuat menjadi ujung dari kolostomi dan bagian akhir potongan distal ditutup dengan jahitan atau staples. sekresi dari dubur masih sisa melewati anus. beberapa bulan kemudian ketika peradangan lokal telah teratasi, keputusan untuk menyambung kembali usus besar, tergantung pada kebugaran dan preferensi pasien. Namun, kolostomi yang sangat baik dapat ditoleransi oleh pasien. pasien yang sama lebih memilih untuk tetap secara permanen memakai kolostomi daripada menjalani operasi besar lainnya.6


kolostomi Descendens atau kolostomi sigmoid
Terletak di sebelah kiri perut bagian bawah. Secara umum, penegeluarannya dapat dapat diatur. Kolostomi sigmoid mungkin merupakan kolostomi yang paling sering dilakukan dari semua jenis kolostomi. kolostomi descenden atau sigmoid lebih kuat dan lebih baik daripada kolostomi transversal dan tidak memiliki konten enzim kaustik. Pergerakan usus akan berlangsung setelah sejumlah besar tinja telah dikumpulkan pada usus di atas kolostomi tersebut. Adanya kotororan yang tertumpah mungkin terjadi antara gerakan karena tidak adanya anus yang menahan kotoran tersebut. Banyak orang menggunakan kantung yang ringan untuk keamanan.1

Indikasi kolostomi descenden dan sigmoid adalah adanya kanker rectum atau kolon sigmoid, diverticulitis, trauma (cedera), cacat bawaan, obstruksi usus,dan kelumpuhan
perawatan Kolostomi Descenden atau sigmoid 1
1. Evakuasi secara alami
kolostomi sigmoid atau descenden dapat dikelola dengan evakuasi secara alami,dengan metode ini maka kotoran akan dibiarkan mengalir secara alami. Metode ini membutuhkan sebuah kantong yang dikenakan setiap saat.
2. Irigasi
Pengairan (sebuah enema melalui stoma) untuk buang air besar diatur sendiri oleh tiap individu. Hal ini harus didiskusikan dengan dokter Anda atau perawat ostomy sebelum memutuskan. Seorang dokter atau perawat ostomy harus membimbing Anda dalam prosedur ini.
Ada persediaan ostomy khusus yang dibutuhkan dalam prosedur ini yang meliputi:
1) wadah plastik dengan tabung yang panjang, dan kerucut untuk mengalirkan air ke dalam
colostomy,
2) sebuah lengan irigasi yang dipakai untuk mengarahkan output ke dalam toilet,
3) sebuah sabuk yang terukur dan sesuai untuk mempertahankan lengan irigasi, dan
4) penutupan untuk mengakhiri irigasi



KOMPLIKASI KOLOSTOMI

Masalah yang paling umum dijumpai setelah dilakukan operasi kolostomi adalah perkembangan hernia di sekitar lokasi stoma. Hal ini ditunjukkan sebagai tonjolan di kulit sekitar stoma, kesulitan pengairan dan obstruksi parsial. Mengangkat beban yang berat-berat harus dihindari segera setelah operasi. Anus preternaturalis sering menyebabkan penyulit. Hernia parastoma dapat berisi kolon, omentum, atau usus halus yang sering terjadi pada orang gemuk. Prolaps, stenosis,dan retraksi merupakan komplikasi teknik yang kurang sempurna. Infeksi dinding perut kadang terjadi dan iritasi kulit sering dilihat karena rangsang sisa pencernaan.Terapis enterostoma merupakan ahli yang bertugas khusus untuk merawat dan membimbing penderita dan keluarganya untuk menghadapi hidup dengan anus preternaturalis1,2
Pasien dengan kolostomi harus menghubungi dokter atau perawat bila ditemukan komplikasi seperti: 1
• kejang berat berlangsung lebih dari dua atau tiga jam.
• bau yang tidak biasa yang berlangsung lebih dari seminggu.
• perubahan ukuran dan bentuk dari stoma yang tidak biasa
• Obstruksi pada stoma dan / atau prolaps dari stoma tersebut.
• perdarahan yang berlebihan dari pembukaan stoma, atau jumlah sedang dalam kantong
• cedera yang parah dari stoma.
• perdarahan terus-menerus di peralihan antara stoma dan kulit.
• iritasi kulit kronis.
• Stenosis dari stoma (penyempitan).

No comments:

Post a Comment